Artikel Ilmiah
KARAKTER TOKOH PADA DRAMA TIDAK BOSANKAH ANDA MENUMPANG MANDI KARYA DHANI SUSILOWATI
(KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)
Putri Hagana Br Sembiring
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas PGRI Semarang
putrimilala18@gmail.com
ABSTRAK
Drama selalu menjadi hal yang menarik untuk dipertontonkan dari zaman dulu hingga saat ini. Meskipun zaman telah berubah dan kehadiran televisi telah mendunia tetapi tidak membuat drama serta merta hilang begitu saja. Antusias dan minat penonton saat melihat pertunjukan drama masih sangat besar. Disinilah kenapa drama menjadi sangat khas dan menarik dengan kehadiran para tokoh. Penokohan, merupakan cara pengarang menggambarkan karakter tokoh. Dalam sebuah pementasan drama, tokohlah yang mengambarkan secara langsung naskah drama. Karakter yang menarik akan membuat penonton merasa antusias mengikuti pementasan drama dari awal sampai akhir. Psikologi sastra melakukan kajian sastra dengan memandang karya sastra sebagai kegiatan kejiwaan baik dari sang penulis maupun para pembacanya.
Kata kunci: drama, karakter, penokohan, psikologi sastra
PENDAHULUAN
Karya sastra mempunyai kehidupan social humaniora yang luar biasa. Baik pengarang maupun pembaca dapat menyalurkan apresiasi kreatifnya melalui karya sastra. Kolaborasi pengalaman pengarang dan improvisasiterhadap topik-topik kehidupan menjadikan karyanya semakin hidup dan dapat dinikmati oleh para pembaca sastra. Hal ini tidak terlepas dari peran pengetahuan dasar (background knowledge) pengarang dalam mencipta karya sastra. Salah satu contoh dari karya sastra ialah Drama.
Drama selalu menjadi hal yang menarik untuk dipertontonkan dari zaman dulu hingga saat ini. Meskipun zaman telah berubah dan kehadiran televisi telah mendunia tetapi tidak membuat drama serta merta hilang begitu saja. Antusias dan minat penonton saat melihat pertunjukan drama masih sangat besar. Dengan kesederhanaan pertujukan drama membuat daya tarik drama menjadi sangat besar bisa dilihat dari saat ada perlombaan drama ataupun pertujukan drama penonton masih banyak meskipun tidak sebanyak sebelum adanya media elektronik.
Drama memiliki kelebihan yang tidak ada di televisi yaitu adegan secara langsung tanpa dibuat-buat yang disaksikan langsung di depan penonton. Suara yang keluar apa adanya. Jikapun ada kesalahan maka itu jjuga sudah menjadi konsumsi penonton. Berbeda dengan televisi yang tentunya telah diedit terlebih dahulu sebelum disuguhkan kepada penonton.
Disinilah kenapa drama menjadi sangat khas dan menarik dengan kehadiran para tokoh. Penokohan, merupakan cara pengarang menggambarkan karakter tokoh. Dalam sebuah pementasan drama, tokohlah yang mengambarkan secara langsung naskah drama. Tokoh terbagi dua berdasarkan perannya, yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan drama. Sedangkan tokoh pembantu merupakan tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan cerita.
Pemain ataupun penokohan selalu berusaha tampil dengan sebaik-baiknya dan begitu sangat totalitas, berlatih tanpa henti untuk menghindari kesalahan di atas panggung dan memberikan kepuasan kepada penonton
Drama juga akan sangat khas dengan karakter-karakter tokoh yang kuat. Karakter yang melekat pada mereka saat di adegankan di atas panggung akan menjadi suatu tontonan yang memukau. Itu sebabnya pemilihan pemain dalam sebuah drama bukan suatu hal yang main-main.
Drama adalah belantara budaya yang sophisticated. Sejak awal munculnya drama sebagai bagian kebudayaan manusia. Keunikan drama tidak hanya bisa dijumpai pada saat dipentaskan tetapi juga saat disajikan dalam bentuk teks dama sebagai karya sastra.audiens atau pembacanya akan mendapatkan pencerahan dan menginterpresentasikan kehidupan dengan sudut pandang yang berbeda.
Menurut Ferdinan Bruebetiere dab Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku.
Memanggungkan sebuah drama ternyata tidak demikian sederhana sebagaimana orang mengira. Pementasan dianggap sebagai sesuatu yang amat pelit dan sulit. Anehnya, ia pun tidak dipandang gampang oleh sebagian orang yang belum mengetahui seluk-beluknya. Hal itu dibuktikan dengan kenyataan bahwa sering orang meminta satu grup drama menyisipi suatu acara seminggu atau lima hari sebelum malam pertunjukan. Padahal, pementasan yang nampaknya remeh itu, oleh orang teater dipandang sebagai sesuatu yang amat kompleks.
Seorang actor yang baik ialah yang bisa menjelmakan perannya dengan hidup sekali. Ia bisa menjelma menjadi seorang dokter dengan cara yang meyakinkan. Caranya memegang nadi pasien, caranya membalut luka, semuanya serba meyakinkan. Juga ia bisa menjelma menjadi raja dari negeri dongeng, atau menjadi seorang pemimpin gerombolan perampok, atau menjadi seorang ulama besar yang terpandang, dengan cara yang benar-benar meyakinkan.
Tentu saja untuk bisa mencapai mutu permainan semacam itu, tidak cukup bila ia sekadar berpura-pura saja. Melainkan ia harus benar-benar bisa menghayati perannya. Begitu juga dengan kejelasan ucapannya. Apabila para pemain tidak jelas mengucapkan dialognya, maka penonton tak akan bisa mengangkap jalan cerita sandiwara yang dipertunjukkan. Yang mereka lihat hanyalah gerakan dan lalu lalang para pemain yang tidak jelas maknanya.
Banyak sekali pertunjukan sandiwara amatir yang tidak bisa dinikmati oleh penonton karena ucapan pemain tidak bisa ditangkap sama sekali.
Psikologi sastra melakukan kajian sastra dengan memandang karya sastra sebagai kegiatan kejiwaan baik dari sang penulis maupun para pembacanya (Kinanti, 2006).
Tujuan utama dari psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terdapat dalam sebuah tulisan. Secara hakiki, karya sastra memberikan cara untuk memahami perubahan, kontradiksi dan berbagai penyimpangan dalam masyarakat, terutama dalam kaitannya dengan kondisi kejiwaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jika dilihat secara seksama, kita akan menyadari bahwa sutradara tidak akan salah dalam memilih pemain jika sutradara tersebut telah mengenal calon pemain secara dekat. Bukan berarti sutradara harus benar-benar mendekati calom pemain dengan mengikuti segala kegiatannya agar dapat benar-benar dekat, tetapi harus mampu memahami karakter dari calon pemain. Harus mengerti apa yang menjadi penyebab orang tersebut akan tertawa atau marah, bagaimana dia mampu mengontrol emosinya, dan bisa atau tidaknya memahami kondisi dan menempatkan dirinya sesuai situasi dan kondisi yang ada. Disanalah sutradara akan mampu mememukan pemain yang sesuai dengan karakter di tokoh.
Seperti halnya drama yang berjudul “Tidak Bosankah Anda Menumpang Mandi” yang ditulis oleh Dhani Susilowati ini. Dhani Susilowati adalah seorang mahasiswa dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Semarang yang waktu itu menjadi sutradara saat drama yang dia tulis dipentaskan dalam rangka Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas PGRI Semarang di Aula lantai 6 Kampus 4 Universitas PGRI Semarang pada 8 April 2019.
Drama ini hanya melibatkan 4 tokoh saja, yaitu pejabat, seorang gadis, dan bapak ibu gadis tersebut. Karakter setiap tokoh juga berbeda-beda. Pejabat yang sombong, pandai merayu, genit, dan penuh siasat. Seorang gadis yang sinis, tegas, namun dibalik itu terdapat jiwa yang merana. Selalu saja menangisi yang telah pergi. Hidup yang sendu dan menyedihkan. Seorang bapak yang kolot karena tidak mampu mengikuti perubahan zaman, serta mudah terpengaruh atas apa yang di dengarnya tanpa berusaha mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Ibu yang suka ceplas ceplos dan sedikit genit, serta mata duitan, sangat ingin menantu pejabat walaupun belum tahu seluk beluk tapi langsung ingin dinikahkan dengan anak gadisnya.
Cerita dari pementasan drama tersebut bermula dari seorang gadis muda yang selalu saja bersedih karena baru ditinggal mati oleh pacarnya. Pacar gadis tersebut memilih bunuh diri setelah gagal dalam pemilihan DPR. Kejadian tersebut membuat hati si gadis hancur berkeping-keping mengingat si pacar telah berjanji akan menikah setelah pemilihan selesai, juga dirinya akan menjadi nyonya besar yang bebas berlibur kemana saja. Orang tua gadis tersebut sangat khawatir jika anaknya tidak mau menikah dengan laki-laki yang lain. Hingga kehadiran seorang yang memiliki jabatan penting di kantor gubernur setiap pagi menumpang mandi ke rumah mereka. Alasan nya karena istrinya yang sering mengomel karena dia yang terbiasa mandi lama. Hingga pada akhirnya pejabat tersebut berusaha melamar gadis yang sangat mendapat persetujuan dari orang tuanya. Gadis tersebut hanya pasrah, memenuhi keinginan orang tuanya. Pejabat tersebut akhirnya mengantongi surat menikahi si gadis dengan syarat si pejabat harus menceraikan istrinya terlebih dahulu. Namun hal yang sangat mengejutkan terjadi di suatu pagi. Pejabat berlari ke rumah gadis dengan tergesa-gesa, namun bukan untuk menumpang mandi seperti biasanya, tetapi untuk bersembunyi dari amarah warga yang mulai berdatangan memenuhi halaman rumah si gadis. Orang tua beserta gadis tersebut hanya dipenuhi kebingungan atas apa yang telah terjadi.
Karakter yang diberikan oleh para pemain sangat kuat. Terutama si gadis dan juga pejabat yang sering datang untuk mrnumpang mandi tersebut. Gadis dalam peran nya seolah-olah ditinggal mati beneran oleh kekasih nya. Wajah yang murung, sikap yang cuek kepada si pejabat, dan juga tidak banyak bicara kepada orang tuanya. Tetapi tetap saja tidak bisa menolak permintaan orang tua nya karena tidak ingin menjadi anak yang durhaka.
Karakter pejabat yang setiap hari menumpang mandi juga tidak kalah kuat. Karakter yang tidak merasa malu walaupun menumpang mandi ke rumah tetangga setiap hari, sangat pemberani, dan juga misterius. Sutradara juga sepertinya tidak ingin menampakkan keseluruhan dari jati diri si laki-laki pejabat. Berkat karakter nya dan penampilan nya, pemain juga bertanya-tanya sebenarnya apa yang disembunyikan oleh laki-laki pejabat. Cara bicaranya yang pandai merayu dan meyakinkan orang tua si gadis membuatnya mendapat restu untuk menikahi si gadis tersebut walapun sebenarnya dia telah beristri. Tetapi karena kepandaiannya merayu dan berjanji akan menceraikan istrinya yang hampir setiap hari bergaduh itu, dia mengantongi izin menikahi gadis yang disukainya.
Si Ibu yang tidak terlalu banyak muncul pun dapat dikaji karakternya. Ibu yang sedikit mata duitan langsung setuju jika si pejabat menikahi anak gadisnya tanpa tau seluk beluk pria tersebut. Karena Ibu sangat menginginkan menantu kaya raya. Tidak peduli sudah beristri atau belum yang pasti kaya raya. Seorang Ibu yang sayang kepada anak nya tetapi juga sedikit genit dan rela mengorbankan masa depan anaknya demi kekayaan.
Ayah yang sedikit tegas tetapi juga tidak bisa menolak tawaran lelaki pejabat yang menurut ayahnya kaya raya tersebut. Ayahnya yang marah melihat anaknya sedih terus menerus menangisi pacarnya yang meninggal dunia. Ayahnya merasa lelaki yang memilih bunuh diri akibat kekecewaan tidak pantas menjadi suami dari anaknya karena mengontrol dirinya sendiri saja pun dia tidak mampu. Namun keluarga tersebut pada akhirnya kecewa karena tiba-tiba rombongan warga memenuhi halaman rumah mereka dan mencari lelaki tersebut. Padahal keluarga si gadis tidak mengetahui apa-apa dan dipenuhi dengan kebingungan.
SIMPULAN
Karakter tokoh sangat berperan penting dari drama. Suara yang lantang, gerakan tubuh yang lugas, akan membuat penonton menikmati jalannya pementasan drama. Begitu juga dengan para pemain dalam drama tersebut. Mereka berusaha tampil semaksimal mungkin. Dan dapat membuat penonton menikmati dan mengerti alur cerita mereka. Namun properti dan kostum yang mereka gunakan belum mendukung penuh pementasan tersebut. Sehingga pementasan belum terlihat sempurna. Namun dari karakter pemain, sudah terlihat bagus dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Chamamah, Siti. (2011) . Sastra: Metode dan Teori. Yogyakarta: Almatera
Dewojati, Cahyaningrum. (2010) . Drama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Emzir, Saifur Rohman. (2016). Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Pers
Giani, R. (1988) . Pengajaran Sastra Indonesia Jakarta: Depdikbud.
Hamzah, A Adjib. (1985). Pengantar Bermain Drama. Yogyakarta: Institut Dakwah Masjid Syuhada
Hasanuddin, (1996). Drama: Karya Dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa
Rendra, 2007. Seni Drama Untuk Remaja. Jakarta: Burung Merak Press
Wahyuningtyas, Sri. Santoso, Wijaya Heru. (2011). Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pusaka
(KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)
Putri Hagana Br Sembiring
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas PGRI Semarang
putrimilala18@gmail.com
ABSTRAK
Drama selalu menjadi hal yang menarik untuk dipertontonkan dari zaman dulu hingga saat ini. Meskipun zaman telah berubah dan kehadiran televisi telah mendunia tetapi tidak membuat drama serta merta hilang begitu saja. Antusias dan minat penonton saat melihat pertunjukan drama masih sangat besar. Disinilah kenapa drama menjadi sangat khas dan menarik dengan kehadiran para tokoh. Penokohan, merupakan cara pengarang menggambarkan karakter tokoh. Dalam sebuah pementasan drama, tokohlah yang mengambarkan secara langsung naskah drama. Karakter yang menarik akan membuat penonton merasa antusias mengikuti pementasan drama dari awal sampai akhir. Psikologi sastra melakukan kajian sastra dengan memandang karya sastra sebagai kegiatan kejiwaan baik dari sang penulis maupun para pembacanya.
Kata kunci: drama, karakter, penokohan, psikologi sastra
PENDAHULUAN
Karya sastra mempunyai kehidupan social humaniora yang luar biasa. Baik pengarang maupun pembaca dapat menyalurkan apresiasi kreatifnya melalui karya sastra. Kolaborasi pengalaman pengarang dan improvisasiterhadap topik-topik kehidupan menjadikan karyanya semakin hidup dan dapat dinikmati oleh para pembaca sastra. Hal ini tidak terlepas dari peran pengetahuan dasar (background knowledge) pengarang dalam mencipta karya sastra. Salah satu contoh dari karya sastra ialah Drama.
Drama selalu menjadi hal yang menarik untuk dipertontonkan dari zaman dulu hingga saat ini. Meskipun zaman telah berubah dan kehadiran televisi telah mendunia tetapi tidak membuat drama serta merta hilang begitu saja. Antusias dan minat penonton saat melihat pertunjukan drama masih sangat besar. Dengan kesederhanaan pertujukan drama membuat daya tarik drama menjadi sangat besar bisa dilihat dari saat ada perlombaan drama ataupun pertujukan drama penonton masih banyak meskipun tidak sebanyak sebelum adanya media elektronik.
Drama memiliki kelebihan yang tidak ada di televisi yaitu adegan secara langsung tanpa dibuat-buat yang disaksikan langsung di depan penonton. Suara yang keluar apa adanya. Jikapun ada kesalahan maka itu jjuga sudah menjadi konsumsi penonton. Berbeda dengan televisi yang tentunya telah diedit terlebih dahulu sebelum disuguhkan kepada penonton.
Disinilah kenapa drama menjadi sangat khas dan menarik dengan kehadiran para tokoh. Penokohan, merupakan cara pengarang menggambarkan karakter tokoh. Dalam sebuah pementasan drama, tokohlah yang mengambarkan secara langsung naskah drama. Tokoh terbagi dua berdasarkan perannya, yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan drama. Sedangkan tokoh pembantu merupakan tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan cerita.
Pemain ataupun penokohan selalu berusaha tampil dengan sebaik-baiknya dan begitu sangat totalitas, berlatih tanpa henti untuk menghindari kesalahan di atas panggung dan memberikan kepuasan kepada penonton
Drama juga akan sangat khas dengan karakter-karakter tokoh yang kuat. Karakter yang melekat pada mereka saat di adegankan di atas panggung akan menjadi suatu tontonan yang memukau. Itu sebabnya pemilihan pemain dalam sebuah drama bukan suatu hal yang main-main.
Drama adalah belantara budaya yang sophisticated. Sejak awal munculnya drama sebagai bagian kebudayaan manusia. Keunikan drama tidak hanya bisa dijumpai pada saat dipentaskan tetapi juga saat disajikan dalam bentuk teks dama sebagai karya sastra.audiens atau pembacanya akan mendapatkan pencerahan dan menginterpresentasikan kehidupan dengan sudut pandang yang berbeda.
Menurut Ferdinan Bruebetiere dab Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku.
Memanggungkan sebuah drama ternyata tidak demikian sederhana sebagaimana orang mengira. Pementasan dianggap sebagai sesuatu yang amat pelit dan sulit. Anehnya, ia pun tidak dipandang gampang oleh sebagian orang yang belum mengetahui seluk-beluknya. Hal itu dibuktikan dengan kenyataan bahwa sering orang meminta satu grup drama menyisipi suatu acara seminggu atau lima hari sebelum malam pertunjukan. Padahal, pementasan yang nampaknya remeh itu, oleh orang teater dipandang sebagai sesuatu yang amat kompleks.
Seorang actor yang baik ialah yang bisa menjelmakan perannya dengan hidup sekali. Ia bisa menjelma menjadi seorang dokter dengan cara yang meyakinkan. Caranya memegang nadi pasien, caranya membalut luka, semuanya serba meyakinkan. Juga ia bisa menjelma menjadi raja dari negeri dongeng, atau menjadi seorang pemimpin gerombolan perampok, atau menjadi seorang ulama besar yang terpandang, dengan cara yang benar-benar meyakinkan.
Tentu saja untuk bisa mencapai mutu permainan semacam itu, tidak cukup bila ia sekadar berpura-pura saja. Melainkan ia harus benar-benar bisa menghayati perannya. Begitu juga dengan kejelasan ucapannya. Apabila para pemain tidak jelas mengucapkan dialognya, maka penonton tak akan bisa mengangkap jalan cerita sandiwara yang dipertunjukkan. Yang mereka lihat hanyalah gerakan dan lalu lalang para pemain yang tidak jelas maknanya.
Banyak sekali pertunjukan sandiwara amatir yang tidak bisa dinikmati oleh penonton karena ucapan pemain tidak bisa ditangkap sama sekali.
Psikologi sastra melakukan kajian sastra dengan memandang karya sastra sebagai kegiatan kejiwaan baik dari sang penulis maupun para pembacanya (Kinanti, 2006).
Tujuan utama dari psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terdapat dalam sebuah tulisan. Secara hakiki, karya sastra memberikan cara untuk memahami perubahan, kontradiksi dan berbagai penyimpangan dalam masyarakat, terutama dalam kaitannya dengan kondisi kejiwaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jika dilihat secara seksama, kita akan menyadari bahwa sutradara tidak akan salah dalam memilih pemain jika sutradara tersebut telah mengenal calon pemain secara dekat. Bukan berarti sutradara harus benar-benar mendekati calom pemain dengan mengikuti segala kegiatannya agar dapat benar-benar dekat, tetapi harus mampu memahami karakter dari calon pemain. Harus mengerti apa yang menjadi penyebab orang tersebut akan tertawa atau marah, bagaimana dia mampu mengontrol emosinya, dan bisa atau tidaknya memahami kondisi dan menempatkan dirinya sesuai situasi dan kondisi yang ada. Disanalah sutradara akan mampu mememukan pemain yang sesuai dengan karakter di tokoh.
Seperti halnya drama yang berjudul “Tidak Bosankah Anda Menumpang Mandi” yang ditulis oleh Dhani Susilowati ini. Dhani Susilowati adalah seorang mahasiswa dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Semarang yang waktu itu menjadi sutradara saat drama yang dia tulis dipentaskan dalam rangka Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas PGRI Semarang di Aula lantai 6 Kampus 4 Universitas PGRI Semarang pada 8 April 2019.
Drama ini hanya melibatkan 4 tokoh saja, yaitu pejabat, seorang gadis, dan bapak ibu gadis tersebut. Karakter setiap tokoh juga berbeda-beda. Pejabat yang sombong, pandai merayu, genit, dan penuh siasat. Seorang gadis yang sinis, tegas, namun dibalik itu terdapat jiwa yang merana. Selalu saja menangisi yang telah pergi. Hidup yang sendu dan menyedihkan. Seorang bapak yang kolot karena tidak mampu mengikuti perubahan zaman, serta mudah terpengaruh atas apa yang di dengarnya tanpa berusaha mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Ibu yang suka ceplas ceplos dan sedikit genit, serta mata duitan, sangat ingin menantu pejabat walaupun belum tahu seluk beluk tapi langsung ingin dinikahkan dengan anak gadisnya.
Cerita dari pementasan drama tersebut bermula dari seorang gadis muda yang selalu saja bersedih karena baru ditinggal mati oleh pacarnya. Pacar gadis tersebut memilih bunuh diri setelah gagal dalam pemilihan DPR. Kejadian tersebut membuat hati si gadis hancur berkeping-keping mengingat si pacar telah berjanji akan menikah setelah pemilihan selesai, juga dirinya akan menjadi nyonya besar yang bebas berlibur kemana saja. Orang tua gadis tersebut sangat khawatir jika anaknya tidak mau menikah dengan laki-laki yang lain. Hingga kehadiran seorang yang memiliki jabatan penting di kantor gubernur setiap pagi menumpang mandi ke rumah mereka. Alasan nya karena istrinya yang sering mengomel karena dia yang terbiasa mandi lama. Hingga pada akhirnya pejabat tersebut berusaha melamar gadis yang sangat mendapat persetujuan dari orang tuanya. Gadis tersebut hanya pasrah, memenuhi keinginan orang tuanya. Pejabat tersebut akhirnya mengantongi surat menikahi si gadis dengan syarat si pejabat harus menceraikan istrinya terlebih dahulu. Namun hal yang sangat mengejutkan terjadi di suatu pagi. Pejabat berlari ke rumah gadis dengan tergesa-gesa, namun bukan untuk menumpang mandi seperti biasanya, tetapi untuk bersembunyi dari amarah warga yang mulai berdatangan memenuhi halaman rumah si gadis. Orang tua beserta gadis tersebut hanya dipenuhi kebingungan atas apa yang telah terjadi.
Karakter yang diberikan oleh para pemain sangat kuat. Terutama si gadis dan juga pejabat yang sering datang untuk mrnumpang mandi tersebut. Gadis dalam peran nya seolah-olah ditinggal mati beneran oleh kekasih nya. Wajah yang murung, sikap yang cuek kepada si pejabat, dan juga tidak banyak bicara kepada orang tuanya. Tetapi tetap saja tidak bisa menolak permintaan orang tua nya karena tidak ingin menjadi anak yang durhaka.
Karakter pejabat yang setiap hari menumpang mandi juga tidak kalah kuat. Karakter yang tidak merasa malu walaupun menumpang mandi ke rumah tetangga setiap hari, sangat pemberani, dan juga misterius. Sutradara juga sepertinya tidak ingin menampakkan keseluruhan dari jati diri si laki-laki pejabat. Berkat karakter nya dan penampilan nya, pemain juga bertanya-tanya sebenarnya apa yang disembunyikan oleh laki-laki pejabat. Cara bicaranya yang pandai merayu dan meyakinkan orang tua si gadis membuatnya mendapat restu untuk menikahi si gadis tersebut walapun sebenarnya dia telah beristri. Tetapi karena kepandaiannya merayu dan berjanji akan menceraikan istrinya yang hampir setiap hari bergaduh itu, dia mengantongi izin menikahi gadis yang disukainya.
Si Ibu yang tidak terlalu banyak muncul pun dapat dikaji karakternya. Ibu yang sedikit mata duitan langsung setuju jika si pejabat menikahi anak gadisnya tanpa tau seluk beluk pria tersebut. Karena Ibu sangat menginginkan menantu kaya raya. Tidak peduli sudah beristri atau belum yang pasti kaya raya. Seorang Ibu yang sayang kepada anak nya tetapi juga sedikit genit dan rela mengorbankan masa depan anaknya demi kekayaan.
Ayah yang sedikit tegas tetapi juga tidak bisa menolak tawaran lelaki pejabat yang menurut ayahnya kaya raya tersebut. Ayahnya yang marah melihat anaknya sedih terus menerus menangisi pacarnya yang meninggal dunia. Ayahnya merasa lelaki yang memilih bunuh diri akibat kekecewaan tidak pantas menjadi suami dari anaknya karena mengontrol dirinya sendiri saja pun dia tidak mampu. Namun keluarga tersebut pada akhirnya kecewa karena tiba-tiba rombongan warga memenuhi halaman rumah mereka dan mencari lelaki tersebut. Padahal keluarga si gadis tidak mengetahui apa-apa dan dipenuhi dengan kebingungan.
SIMPULAN
Karakter tokoh sangat berperan penting dari drama. Suara yang lantang, gerakan tubuh yang lugas, akan membuat penonton menikmati jalannya pementasan drama. Begitu juga dengan para pemain dalam drama tersebut. Mereka berusaha tampil semaksimal mungkin. Dan dapat membuat penonton menikmati dan mengerti alur cerita mereka. Namun properti dan kostum yang mereka gunakan belum mendukung penuh pementasan tersebut. Sehingga pementasan belum terlihat sempurna. Namun dari karakter pemain, sudah terlihat bagus dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Chamamah, Siti. (2011) . Sastra: Metode dan Teori. Yogyakarta: Almatera
Dewojati, Cahyaningrum. (2010) . Drama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Emzir, Saifur Rohman. (2016). Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Pers
Giani, R. (1988) . Pengajaran Sastra Indonesia Jakarta: Depdikbud.
Hamzah, A Adjib. (1985). Pengantar Bermain Drama. Yogyakarta: Institut Dakwah Masjid Syuhada
Hasanuddin, (1996). Drama: Karya Dalam Dua Dimensi. Bandung: Angkasa
Rendra, 2007. Seni Drama Untuk Remaja. Jakarta: Burung Merak Press
Wahyuningtyas, Sri. Santoso, Wijaya Heru. (2011). Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pusaka
Komentar
Posting Komentar