Sayap Sila Kini Sudah Patah

 Karya:Putri Hagana Br.Sembiring

 Cuaca hari ini begitu panas.Menyengat kulitku yang sedang berjalan diantara gedung-gedung kota yang menjulang tinggi.Jalanan kota yang begitu padat dilalui manusia yang berlalu lalang juga kendaraan yang hiruk
piruk entah kemana.Aku yang hanya berjalan seorang diri terus mempercepat langkahku karena ingin menghindari sengatan matahari yang ingin membakarku.”Tak biasanya hari sepanas ini,mungkin nanti malam akan turun hujan.Untung saja sekali belokan lagi sudah sampai di rumah,”batinku seraya terus berjalan di atas trotoar jalan.

“Assalamualaikum,Bu.”Ucapku begitu sampai di depan pintu.

 “Waalaikumsalam.”Jawab ibu yang ternyata sedang duduk di ruang tamu bersama adik dan ayah.”

Aku langsung mencium tangan ibu dan ayah.Namun sebelum aku berpamitan menuju kamarku untuk mandi,ayah terlebih dulu menyampaikan bahwa besok kami akan menemui kakek dan nenek yang ada di Desa.Hatiku sangat senang.Bagaimana tidak?Desa itu begitu menyangkan bagiku.Aku juga ingin menjernihkan otakku yang selama ini sudah sangat penat di bebani tugas kuliah.”Ahhh aku sudah tidak sabar menunggu hari esok.” gumamku sambil tersenyum dan berjalan pelan menuju kamarku.

  Sejuk angin pagi yang begitu menenangkan.Berhembus dari celah rerimbunan pepohonan yang mengelilingi desa menambah kesejukan dan keasrian suasana desa  nenek.Aku bahkan merasa sedang bermimpi bahwa saat ini aku sudah berada di desa nenek.Hal yang memang selalu kutunggu-tunggu.Aku begitu menyukai suasana desa.Angin yang sejuk,kicauan burung,suasana yang asri,dan orang-orang desa yang ramah.Berbeda jauh dengan kehidupan kota;pengap,panas,semrawut,bunyi kendaraan yang memekikkan telinga,macat,di tambah lagi orang-orang kota yang sibuk dengan dunia nya masing-masing.Tak ada rasa peduli sama sekali.

 Aku keluar rumah dan memutuskan berjalan-jalan mengelilingi desa.Aku terus berjalan dan sesekali melemparkan senyum kepada siapa saja yang kutemui.Senyum mereka begitu hangat,begitu bersahabat.”Ahh aku mungkin akan betah jika disuruh tinggal di desa ini.”batinku.Tetapi perhatianku tertuju kepada seorang wanita yang mungkin seumuran dengan ibu.Dia duduk di bawah pohon sambil melipat kedua kakinya.Dia menatap rerumputan liar yang berada dii depannya.Tatapannya kosong.Terkadang kulihat dia senyum-senyum sendiri.Akupun memberanikan diri menemuinya.
 “Hai,Tante,”sapaku sambil melemparkan senyum kepadanya.Wanita itu hanya melihatku dan tak menjawab sapaanku.”Tante ngapain disini?”tanyaku sedikit basa basi.Lagi lagi dia hanya memandangiku tanpa ada wajah ramah sama sekali.Aku mulai berpikir mungkin dia sedang ada masalah sehingga dia hanya duduk di bawah pohon ini.Aku pun berpamitan kepadanya sambil beranjak dari dudukku.Aku mulai berjalan dan meninggalkannya sendirian.Rasanya aku tak tega meninggalkannya,tapi aku juga takut kehadiranku mengganggu nya.Sesekali kutolehkan pandanganku kepadanya.Kulihat dia sedang menatap ke arahku sambil memutar-mutar pergelangan tangannya.”Ada apa dengan nya?Kenapa dia begitu aneh?”tanyaku kepada diriku sendiri.



Bersambung....... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Skenario pembelajaran