Erotisme dalam Naskah Radio
Erotisme dalam Naskah Radio “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi”.
Dalam sebuah pertunjukan tentu sangat dibutuhkan yang namanya naskah. Naskah inilah yang akan menjadi pedoman ataupun panduan pemain dalam memerankan perannya masing-masing. Naskah menjadi sesuatu yang tidak bisa lepas dari para mereka yang bermain peran. Ntah itu di televise, drama, bahkan radio sekalipun.
Naskah sendiri ialah lembar rencana yang berisi rancangan atau struktur perwatakan atau lakon sandiwara dalam sebuah film atau drama. Naskah berisi adegan per adegan secara terperinci untuk membantu para tokoh agar memiliki tujuan utama dan langkah-langkah tepat sesuai dengan alur cerita yang telah dibuat sebelumnya. Sedangkah menurut KBBI sendiri naskah ialah karangan yang dituliskan dengan tangan ataupun karangan seseorang yang belum diterbitkan.
Naskah yang akan kita bahas ialah sebuah naskah drama radio yang diadaptasi dari cerpen Seno Sumira Ajidarma yang berjudul Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi yang akhirnya dijadikan sebuah naskah drama radio oleh Gusmel Riyadh dengan judul yang masih sama persis tanpa diubah sedikitpun.
Banyak hal menarik dari Cerpen Seno Gumira Ajidarma ini. Setelah dijadikan drama radio, naskah ini memiliki perubahan menjadi dialog tanpa mengubah makna atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Banyak sekali hal-hal yang dapat kita angkat karena teks tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dan sudut pandang tersebut dapat dikembangkan menjadi sebuah topik yang akan diangkat untuk dibahas selanjutnya.
Seperti halnya membahas dari satu sudut pandang yang berbeda yaitu Erotisme. Terdapat beberapa percakapan di naskah tersebut yang dapat mengundang pikiran erotis dari pembacanya. Erotisme itu sendiri ialah berkenaan dengan sensasi seks yang menimbulkan rangsangan, ataupun bersifat merangsang nafsu birahi. Seno Gumira Ajidarma sendiri memang sengaja memasukkan unsur Erotis dari cerpen yang dibuatnya. Sapardi sendiri pernah mengikuti diskusi bertajuk “Sense and Sensuality” di hadapan public Jepang pada (16/10/15) seperti yang terdapat pada Detik.com.
Pada naskah ini sendiri si perempuan yang sedang bernyanyi di kamar mandi ketika mandi menimbulkan keresahan pada Ibu-ibu di sepanjang gang desa tersebut. Karena suami-suami mereka bisa bercinta dengan imajinasi hanya karena menguping perempuan muda yang sedang mandi. Dan akibatnya para suami dari Ibu-ibu ini sering larut dalam halusinasi mereka. Bahkan terkadang istrinya pun dianggap perempuan muda tersebut. Belum lagi mereka jadi kaku di ranjangkarena yang mereka bayangkan akan bergumul di ranjang adalah perempuan tersebut bukan istri mereka.
Di adegan 1 pada naskah terdapat dialog bernomor 7 yang berbunyi “Suaranya sexy sekali! Saya bilang Sexy sekali, bukan hanya sexy. Dan dialog bernomor 8 yang berbunyi “Kalau mendengar suaranya, orang langsung membayangkan adegan- adegan erotis Pak!” dari 2 dialog ini terlihat jelas bahwa naskah ini memang terdapat unsur erotisme di dalamnya. Bahkan dari suara yang sexy dapat membuat orang yang mendengarnya membayangkan adegan-adegan erotis. Para suami dari Ibu-ibu membayangkan mereka bergumul di ranjang dengan perempuan yang sedang mandi di kamar mandi yangselalu disertai dengan nyanyian sehingga suaranya yang serak-serak basah jadi jelas terdengar.
Seperti yang terdapat pada dialog nomor 16 “Supaya Pak RT tahu, kenapa suara yang serak-serak basah itu sangat berbahaya untuk stabilitas sepanjang Gang ini”. Dan dialog nomor 18 yang berbunyi “Apa Pak RT tidak tahu apa yang dimaksud dengan adegan-adegan erotis? Apa Pak RT tidak tahu dampaknya bagi kehidupan keluarga? Apa Pak RT selama ini buta kalau hampir semua suami di gang ini menjadi dingin di tempat tidur? Masak gara-gara nyanyian seorang wanita yang indekost di tempat ibu Saleha, kehidupan seksual warga masyarakat harus terganggu? Sampai kapan semua ini berlangsung? Dari dialog tersebut sudah sangat jelas bahwa kekhawatiran Ibu-ibu tersebut sangat mendasar dan justru menghakimi pak RT karena tak mampu mengerti keresahan yang mereka alami. Pak RT dianggap tidak mengerti apa yang dimaksud adegan-adegan erotis dan tidak berusaha membantu Ibu-ibu untuk menyudahi semua yang telah terjadi yang mengakibatkan hilangnya kemahronisan dalam rumah tangga mereka.
Namun bagi pak RT sendiri ini menjadi sesuatu yang sangat aneh. Bagaimana mungkin suara menyanyi saat mandi bisa membuat suami para Ibu-ibu membayangkan adegan-adegan erotis. Terdapat pada kalimat di dialog nomor 20 yang berbunyi “lho, lho, lho, sabar dulu. Semuanya harus dibicarakan baik-baik. Dengan musyawarah, dengan Mufakat, jangan main hakim sendiri. Dia kan tidak membuat kesalahan apa-apa? Dia hanya menyanyi di kamar mandi. Yang salah adalah imajinasi suami ibu-ibu sendiri, kenapa harus membayangkan adegan-adegan erotis? Banyak penyanyi Jazz suaranya serak-serak basah, tidak menimbulkan masalah. Padahal lagu-lagunya tersebar ke seluruh dunia.” Karena bagi Pak RT perempuan tersebut sama sekali tidak membuat kesalahan. Karena dia hanya menyanyi di kamar mandi tempat tinggalnya. Justru bagi pak RT suamiu ibu-ibu ini yang bersalah karena berimajinasi yang terlalu berlebihan.
Pak RT yang awalnya merasa aneh ternyata merasakan hal yang sama ketika ikut menguping perempuan muda yang sedang mandi. Pak RT mengikuti saran Hansip agar mendengar sendiri, dan bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah dari kasus tersebut. Pak RT bersama Hansip dan bapak-bapak yang lain mulai menguping perempuan yang selalu mandi tepat di jam biasanya. “Pak RT melihat wajah-wajah yang bergairah, bagaikan siap dan tak sabar lagi mengikuti permainan yang seolah-olah paling mengasyikkan di dunia. Lantas segalanya jadi begitu hening. Bunyi pintu yang ditutup terdengar jelas. Begitu pula bunyi resluiting itu, bunyi gesekan kain-kain busana itu, dendang- dendang kecil itu, yang jelas suara wanita. Lantas byar-byur-byar-byur. Wanita itu rupa-ruapnya mandi dengan dahsyat sekali. Bunyi gayung menghajar bak mandi terdengar mantab dan penuh semangat. Namun yang dinanti-natikan Pak RT bukan itu. Bukan pula bunyi gesekan sabun ke tubuh yang basah, yang sangat terbuka untuk ditafsirkan sebebas-bebasnya. Yang ditunggu Pak RT adalah suara wanita itu. Dan memang dendang kecil itu segera menjadi nyanyian yang mungkin tidak teralu merdu tapi ternyata merangsang khayalan menggairahkan. Suara wanita itu serak-serak basah, entah apa pula yang dibayangkan orang-orang dibalik tembok dengan suara yang serak-serak basah itu. Wajah mereka seperti orang lupa dengan keadaan sekelilingnya. Agaknya nyanyian wanita itu telah menciptakan sebuah dunia di kepala mereka dan mereka sungguh-sungguh senang berada disana.”
Ternyata pak RT juga tak mampu membendung imajinasi liarnya dan juga ikut membayangkan adegan-adegan erotis. Seperti yang terdapat pada dialog nomor 57 yang berbunyi “Suara wanita itu sangat merangsang dan menimbulkan daya khayal yang meyakinkan seperti kenyataan.(PAK RT MEMEJAMKAN MATA) dan 58 “ Bunyi air mengguyur badan jelas hanya mengarah tubuh yang telanjang. Bunyi sabun menggosok kulit boleh ditafsirkan untuk suatu bentuk tubuh yang sempurna. Dan akhirnya ya suara serak-serak basah itu, segera saja membayangkan suatu bentuk bibir, suatu gerakan mulut, leher yang jenjang, dan tenggorokan yang panjang Astaga! Alangkah sensualnya, alangkah erotisnya, alangkah sexy! (PAK RT MEMBUKA MATA)”.
Dari kalimat tersebut terlihat bahwa pak RT yang pada awalnya tidak merasa akan ikut berimajinasi pada akhirnya tak mampu untuk menolak imajinasi nya yang datang hanya dengan mendengar wanita tersebut mandi sambil bernyanyi di kamar mandi. Adegan-adegan erotis dalam imajinasi para pria ini tidak salah, karena memang seperti itulah yang terjadi pada semua lelaki di gang desa tersebut. Namun perempuan yang menyanyi pun tidak salah, karena dia juga tidak menyadari sama sekali suaranya yang serak-serak basah saat bernyanyi di kamar mandi ditambah bunyi gesekan saat mandi belum lagi bunyi jebar-jebur membuat para lelaki di sepanjang gang membayangkan adegan-adegan erotis bersama dirinya. Mereka berimajinasi sedang bergumul dan melakukan adegan-adegan yang sangat dahsyat di ranjang. Sesuatu yang tidak pernah disadari oleh perempuan muda. Sehingga dia berbesar hati jika harus meninggalkan tempat tersebut daripada suara mandinya menyebabkan hilangnya keharmonisan rumah tangga disana.
Erotisme dalam naskah radio “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” jelas sekali terlihat dalam berbagai dialog dan kalimat seperti yang telah dibahas diatas. Bagaimana suara serak-serak basah dapat menimbulkan imajinasi liar dari para lelaki dan juga bagaimana mereka bisa bercinta dengan imajinasi mereka sendiri. Adegan-adegan erotis yang tidak benar-benar terjadi dengan perempuan tersebut mampu membuat para Ibu-ibu resah merasa rumah tangga mereka jadi terancam. Seno Gumira Ajidarma sangat luar biasa ketika menciptakan cerpen tersebut yang kemudian dijadikan naskah drama radio oleh Gusmel Riyadh.
Dalam sebuah pertunjukan tentu sangat dibutuhkan yang namanya naskah. Naskah inilah yang akan menjadi pedoman ataupun panduan pemain dalam memerankan perannya masing-masing. Naskah menjadi sesuatu yang tidak bisa lepas dari para mereka yang bermain peran. Ntah itu di televise, drama, bahkan radio sekalipun.
Naskah sendiri ialah lembar rencana yang berisi rancangan atau struktur perwatakan atau lakon sandiwara dalam sebuah film atau drama. Naskah berisi adegan per adegan secara terperinci untuk membantu para tokoh agar memiliki tujuan utama dan langkah-langkah tepat sesuai dengan alur cerita yang telah dibuat sebelumnya. Sedangkah menurut KBBI sendiri naskah ialah karangan yang dituliskan dengan tangan ataupun karangan seseorang yang belum diterbitkan.
Naskah yang akan kita bahas ialah sebuah naskah drama radio yang diadaptasi dari cerpen Seno Sumira Ajidarma yang berjudul Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi yang akhirnya dijadikan sebuah naskah drama radio oleh Gusmel Riyadh dengan judul yang masih sama persis tanpa diubah sedikitpun.
Banyak hal menarik dari Cerpen Seno Gumira Ajidarma ini. Setelah dijadikan drama radio, naskah ini memiliki perubahan menjadi dialog tanpa mengubah makna atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Banyak sekali hal-hal yang dapat kita angkat karena teks tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dan sudut pandang tersebut dapat dikembangkan menjadi sebuah topik yang akan diangkat untuk dibahas selanjutnya.
Seperti halnya membahas dari satu sudut pandang yang berbeda yaitu Erotisme. Terdapat beberapa percakapan di naskah tersebut yang dapat mengundang pikiran erotis dari pembacanya. Erotisme itu sendiri ialah berkenaan dengan sensasi seks yang menimbulkan rangsangan, ataupun bersifat merangsang nafsu birahi. Seno Gumira Ajidarma sendiri memang sengaja memasukkan unsur Erotis dari cerpen yang dibuatnya. Sapardi sendiri pernah mengikuti diskusi bertajuk “Sense and Sensuality” di hadapan public Jepang pada (16/10/15) seperti yang terdapat pada Detik.com.
Pada naskah ini sendiri si perempuan yang sedang bernyanyi di kamar mandi ketika mandi menimbulkan keresahan pada Ibu-ibu di sepanjang gang desa tersebut. Karena suami-suami mereka bisa bercinta dengan imajinasi hanya karena menguping perempuan muda yang sedang mandi. Dan akibatnya para suami dari Ibu-ibu ini sering larut dalam halusinasi mereka. Bahkan terkadang istrinya pun dianggap perempuan muda tersebut. Belum lagi mereka jadi kaku di ranjangkarena yang mereka bayangkan akan bergumul di ranjang adalah perempuan tersebut bukan istri mereka.
Di adegan 1 pada naskah terdapat dialog bernomor 7 yang berbunyi “Suaranya sexy sekali! Saya bilang Sexy sekali, bukan hanya sexy. Dan dialog bernomor 8 yang berbunyi “Kalau mendengar suaranya, orang langsung membayangkan adegan- adegan erotis Pak!” dari 2 dialog ini terlihat jelas bahwa naskah ini memang terdapat unsur erotisme di dalamnya. Bahkan dari suara yang sexy dapat membuat orang yang mendengarnya membayangkan adegan-adegan erotis. Para suami dari Ibu-ibu membayangkan mereka bergumul di ranjang dengan perempuan yang sedang mandi di kamar mandi yangselalu disertai dengan nyanyian sehingga suaranya yang serak-serak basah jadi jelas terdengar.
Seperti yang terdapat pada dialog nomor 16 “Supaya Pak RT tahu, kenapa suara yang serak-serak basah itu sangat berbahaya untuk stabilitas sepanjang Gang ini”. Dan dialog nomor 18 yang berbunyi “Apa Pak RT tidak tahu apa yang dimaksud dengan adegan-adegan erotis? Apa Pak RT tidak tahu dampaknya bagi kehidupan keluarga? Apa Pak RT selama ini buta kalau hampir semua suami di gang ini menjadi dingin di tempat tidur? Masak gara-gara nyanyian seorang wanita yang indekost di tempat ibu Saleha, kehidupan seksual warga masyarakat harus terganggu? Sampai kapan semua ini berlangsung? Dari dialog tersebut sudah sangat jelas bahwa kekhawatiran Ibu-ibu tersebut sangat mendasar dan justru menghakimi pak RT karena tak mampu mengerti keresahan yang mereka alami. Pak RT dianggap tidak mengerti apa yang dimaksud adegan-adegan erotis dan tidak berusaha membantu Ibu-ibu untuk menyudahi semua yang telah terjadi yang mengakibatkan hilangnya kemahronisan dalam rumah tangga mereka.
Namun bagi pak RT sendiri ini menjadi sesuatu yang sangat aneh. Bagaimana mungkin suara menyanyi saat mandi bisa membuat suami para Ibu-ibu membayangkan adegan-adegan erotis. Terdapat pada kalimat di dialog nomor 20 yang berbunyi “lho, lho, lho, sabar dulu. Semuanya harus dibicarakan baik-baik. Dengan musyawarah, dengan Mufakat, jangan main hakim sendiri. Dia kan tidak membuat kesalahan apa-apa? Dia hanya menyanyi di kamar mandi. Yang salah adalah imajinasi suami ibu-ibu sendiri, kenapa harus membayangkan adegan-adegan erotis? Banyak penyanyi Jazz suaranya serak-serak basah, tidak menimbulkan masalah. Padahal lagu-lagunya tersebar ke seluruh dunia.” Karena bagi Pak RT perempuan tersebut sama sekali tidak membuat kesalahan. Karena dia hanya menyanyi di kamar mandi tempat tinggalnya. Justru bagi pak RT suamiu ibu-ibu ini yang bersalah karena berimajinasi yang terlalu berlebihan.
Pak RT yang awalnya merasa aneh ternyata merasakan hal yang sama ketika ikut menguping perempuan muda yang sedang mandi. Pak RT mengikuti saran Hansip agar mendengar sendiri, dan bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah dari kasus tersebut. Pak RT bersama Hansip dan bapak-bapak yang lain mulai menguping perempuan yang selalu mandi tepat di jam biasanya. “Pak RT melihat wajah-wajah yang bergairah, bagaikan siap dan tak sabar lagi mengikuti permainan yang seolah-olah paling mengasyikkan di dunia. Lantas segalanya jadi begitu hening. Bunyi pintu yang ditutup terdengar jelas. Begitu pula bunyi resluiting itu, bunyi gesekan kain-kain busana itu, dendang- dendang kecil itu, yang jelas suara wanita. Lantas byar-byur-byar-byur. Wanita itu rupa-ruapnya mandi dengan dahsyat sekali. Bunyi gayung menghajar bak mandi terdengar mantab dan penuh semangat. Namun yang dinanti-natikan Pak RT bukan itu. Bukan pula bunyi gesekan sabun ke tubuh yang basah, yang sangat terbuka untuk ditafsirkan sebebas-bebasnya. Yang ditunggu Pak RT adalah suara wanita itu. Dan memang dendang kecil itu segera menjadi nyanyian yang mungkin tidak teralu merdu tapi ternyata merangsang khayalan menggairahkan. Suara wanita itu serak-serak basah, entah apa pula yang dibayangkan orang-orang dibalik tembok dengan suara yang serak-serak basah itu. Wajah mereka seperti orang lupa dengan keadaan sekelilingnya. Agaknya nyanyian wanita itu telah menciptakan sebuah dunia di kepala mereka dan mereka sungguh-sungguh senang berada disana.”
Ternyata pak RT juga tak mampu membendung imajinasi liarnya dan juga ikut membayangkan adegan-adegan erotis. Seperti yang terdapat pada dialog nomor 57 yang berbunyi “Suara wanita itu sangat merangsang dan menimbulkan daya khayal yang meyakinkan seperti kenyataan.(PAK RT MEMEJAMKAN MATA) dan 58 “ Bunyi air mengguyur badan jelas hanya mengarah tubuh yang telanjang. Bunyi sabun menggosok kulit boleh ditafsirkan untuk suatu bentuk tubuh yang sempurna. Dan akhirnya ya suara serak-serak basah itu, segera saja membayangkan suatu bentuk bibir, suatu gerakan mulut, leher yang jenjang, dan tenggorokan yang panjang Astaga! Alangkah sensualnya, alangkah erotisnya, alangkah sexy! (PAK RT MEMBUKA MATA)”.
Dari kalimat tersebut terlihat bahwa pak RT yang pada awalnya tidak merasa akan ikut berimajinasi pada akhirnya tak mampu untuk menolak imajinasi nya yang datang hanya dengan mendengar wanita tersebut mandi sambil bernyanyi di kamar mandi. Adegan-adegan erotis dalam imajinasi para pria ini tidak salah, karena memang seperti itulah yang terjadi pada semua lelaki di gang desa tersebut. Namun perempuan yang menyanyi pun tidak salah, karena dia juga tidak menyadari sama sekali suaranya yang serak-serak basah saat bernyanyi di kamar mandi ditambah bunyi gesekan saat mandi belum lagi bunyi jebar-jebur membuat para lelaki di sepanjang gang membayangkan adegan-adegan erotis bersama dirinya. Mereka berimajinasi sedang bergumul dan melakukan adegan-adegan yang sangat dahsyat di ranjang. Sesuatu yang tidak pernah disadari oleh perempuan muda. Sehingga dia berbesar hati jika harus meninggalkan tempat tersebut daripada suara mandinya menyebabkan hilangnya keharmonisan rumah tangga disana.
Erotisme dalam naskah radio “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” jelas sekali terlihat dalam berbagai dialog dan kalimat seperti yang telah dibahas diatas. Bagaimana suara serak-serak basah dapat menimbulkan imajinasi liar dari para lelaki dan juga bagaimana mereka bisa bercinta dengan imajinasi mereka sendiri. Adegan-adegan erotis yang tidak benar-benar terjadi dengan perempuan tersebut mampu membuat para Ibu-ibu resah merasa rumah tangga mereka jadi terancam. Seno Gumira Ajidarma sangat luar biasa ketika menciptakan cerpen tersebut yang kemudian dijadikan naskah drama radio oleh Gusmel Riyadh.
Komentar
Posting Komentar