Lawang Sewu, Gedung Seribu Pintu

               Lawang Sewu, Gedung Seribu Pintu
                   Oleh: Putri Hagana Br Sembiring

            Hari ini hari sabtu, hari libur setelah disibukkan dengan rutinitas kuliah dari Senin-Jumat dan tugas kuliah yang seabrek belum lagi rapat dan kegiatan organisasi kampus. Aku merasa bahagia karena saatnya aku bersantai dan tidur seharian di rumah. Setelah
melaksanakan Salat subuh aku membaca kitab suci sebentar lalu membuka ponsel pintarku yang dari bangun tidur belum kusentuh sama sekali. Aku lalu menaiki tempat tidur dan bergegas untuk tidur kembali. Namun saat aku baru saja memejamkan mata ponsel pintarku berdering, langsung kuraih dan kulihat nama sepupuku yang bernama Eggy terpampang disana. Ternyata  Eggy mengajakku untuk berjalan-jalan ke Lawang Sewu karena  Eggy Memang  baru datang dari Medan dan belum pernah kesana. Aku pun mengiyakan dan melanjutkan tidur karena Eggy berencana menjemputku sekitar pukul 10an saja.
Pukul 10.15 Eggy sampai di rumah kontrakan tante di Pucang Gading dan kami bergegas pergi. Eggy memang tidak tinggal bersama kami karena Eggy tinggal di Klipang bersama paman. Sesampainya di Lawang Sewu yang terletak di sebelah timur Bundaran Tugu Muda atau Jalan Pemuda di Pusat Kota Semarang, kami pun membeli tiket yang berharga Rp10.000 dan kami mulai berjalan kedalam. Kami berkeliling dan mengambil beberapa foto, sesekali mengambil swafoto di Lawang Sewu. Terlihat indah, Lawang Sewu yang juga terdapat pintu yang terbuka sehingga terlihat ruang yang lurus dan rapi.
         Kami lalu ditawari memakai jasa Guide dan Eggy langsung saja setuju. Dari penjelasan bapak guide yang bernama pak Andi kami jadi mengetahui bahwa nama Lawang Sewu diambil dari bahasa Jawa, Lawang yang artinya pintu dan Sewu yang artinya seribu. Jadi bisa dipanggil Gedung Seribu Pintu. Hal ini karena gedung tersebut memiliki banyak pintu dan terdapat lebih dari 400 pintu sehingga orang-orang Jawa memberikan nama Gedung Lawang Sewu. Selain itu, bentuk jendela juga sangat besar seperti pintu sehingga sangat cocok jika bangunan tersebut dinamakan Gedung Pintu Seribu. Dalam setiap ruangan, terdapat satu atau dua pintu, bahkan ada satu ruangan dengan tiga pintu atau lebih. Ini adalah gedung besar yang dibagi menjadi banyak ruangan dan dalam setiap ruangan memiliki pintu yang saling tembus dengan ruangan yang ada di sebelahnya. Ada juga pintu utama yang sejajar dalam setiap ruangan dan tembus dari ruang paling depan sampai ruang paling belakang. Jadi semua ruangan memiliki pintu yang terletak dalam posisi yang sejajar sehingga pandangan tidak akan terhalang dari depan sampai belakang. Gedung Lawang Sewu memang dibangun oleh pihak Belanda yang bertujuan mendirikan kantor dan gudang untuk keperluan perusahaan kereta api. Karena itulah gedung tersebut dibuat dengan banyak pintu agar akses menuju ruangan lain bisa lebih mudah, sehingga urusan antar pegawai kantor bisa cepat selesai.
           Berdasarkan sejarah Lawang Sewu, pada tahun 1942-1945, gedung Lawang Sewu dimanfaatkan penjajah Jepang sebagai kantor perusahaan transportasi Dinas Perhubungan Kereta Api. Pada waktu itu, perlawanan bangsa Indonesia juga dilakukan untuk mengusir penjajah Jepang agar keluardari gedung ini sehingga terjadi pertempuran hebat selama 5 hari. Dan pertempuran tersebut memakan banyak korban. Jika dilihat bangunanya, tentu saja semua konstruksi gedung menggunakan bahan-bahan bangunan yang berkualitas pada saat itu dan hasilnya bangunan tersebut bisa tetap berdiri kokoh hingga saat ini.
          Ketika kami memasuki halaman gedung, kami melihat koleksi lokomotif kereta api tua yang dahulu pernah beroperasi di wilayah Semarang. Kereta api tersebut berwarna hitam dan kondisinya masih bagus karena selalu mendapatkan perawatan yang baik dari pengelola gedung. Letak lokomotif tersebut berada di halaman sebelah utara gedung dan berdiri diatas bangunan tinggi sekitar50 cm. Memasuki ruangan gedung lantai 1 terdapat museum kereta api yang memiliki koleksi gambar dan wallpaper tentang kereta api. Ada juga foto yang disertai dengan tulisan mengenai sejarah kereta api bangsa Indonesia. Selain itu, terdapat pula foto dan artikel tentang sejarah terbentuknya perusahaan kereta api di Indonesia. Kapan mulai perusahaankereta api berdiri dan bagaimana kronologi perjalanan dari masa kemerdekaan sampai sekarang. Di halaman luar ruangan, terdapat sebuah koleksi kereta api berwarna biru dan ukurannya sedang, seperti kereta mini yang ada di pasar malam.
             Di ruangan lainnya terdapat koleksi miniatur lokomotif kereta api zaman dahulu yang masih menggunakan bahan bakar tenaga uap. Koleksi miniatur ini diletakkan dalam ruangan kaca yang ditempelkan pada tembok sehingga bisa mudah terlihat. Di ruangan lainnya terdapat koleksi baju-baju seragam perusahaan kereta api Indonesia yang dipakai pada beberapa patung dalam lemari kaca. Di depan setiap patung tersebut, terdapat sebuah kertas dan tulisan tentang keterangan dan sejarah mengenai seragam yang digunakan perusahaan kereta api. Selain itu, ada juga koleksi foto-foto kereta api zaman dahulu yang pernah digunakan di Indonesia.
           Kami pun memasuki ruangan yang seperti Museum dan jika berjalan terus akan terdapat Televisi hitam putih yang selalu menyala dan memutar film tentang penjajahan zaman dulu. Terdapat juga bangku-bangku yang disediakan untuk pengunjung yang ingin menonton ataupun sejadar duduk untuk istirahat. Kami memutuskan menonton sebentar sekaligus duduk karena telah lelah berkeliling dan setelah beberapa menit kami mulai berkeliling lagi. Para pengunjung juga bisa membaca tulisan history tentang koleksi lainnya seperti  gambar rancangan bangunan dan denah ruangan tentang pembangunan gedung tersebut.              Terdapat juga koleksi foto tentang kondisi bangunan pada zaman dahulu sebelum pemugaran serta foto gedung pada zaman sekarang. Terdapat pula keterangan bahwa pembangunan gedung dimulai pada tahun 1904 dan pembangunan selesai tahun 1907. Ternyata pembangunan gedung besar dengan arsitektur mewah tersebut membutuhkan waktu sampai 3 tahun. Dalam keterangan itu disebutkan bahwa Gedung Lawang Sewu pada awalnya digunakan sebagai kantor dari Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). NIS adalah sebuah perusahaan pemerintah Hindia Belanda yang menangani masalah transportasi kereta api.
             Kami lalu memasuki ruangan yang terdapat tangga yang lumayan tinggi dan terdapat seperti Lukisan besar, namun kami hanya naik sampai pertengahan dan memutuskan turun untuk melihat bagian lain dai Lawang Sewu. Kami pun berjalan dan tak lupa untuk selalu mengabadikan moment berharga ini dengan mengambil foto. Kami lalu menaiki tangga yang sedikit berliku dan melihat ruangan Lawang Sewu dari atas dan melihat tangga tangga yang berliku yang terlihat bagus. Ruangan nya hampir sama seperti ruangan yang di bawah. Pak Andi lalu mengajak kami menaiki  lantai paling atas dan terlihat sebuah ruangan besar tanpa ada pembatas sehingga tampak seperti lapangan yang luas. Atap ruangan terbuat dari kayu sebagai penyangga genteng dan banyak sekali digunakan untuk tidur para kelelawar yang tinggal disini.
           Pada siang hari, para pengujung akan melihat kelelawar bergelantungan diatap dan sesekli terbang. Dari penjelasan pak Andi dulunya ruangan ini menjadi tempat para penjajah Jepang dan tempat hiburan bagi mereka. Dimana dalam waktu tertentu mereka akan mengadakan perayaan dan wanita-wanita akan disuruh menghibur dulu sebelum diperkosa. Terdapat seperti aula yang tidak terlalu tinggi yang terbuat dari semen yang menjadi panggung bagi wanita-wanita penghibur itu. Setelah mengambil foto kami memutuskan untuk turun lagi.
            Ketika sudah sampai dibawah pak Andi menunjukkan sebuah lorong kecil seperti tangga kebawah tanah yang berantakan, jika dilihat lagi terlihat seperti air namun tidak terlalu jelas karena gelap. Dari penjelasan pak Andi, ruangan bawah tanahnya sedang tidak boleh dikunjungi karena sedang dalam proses renovasi. Dan jikapun ingin masuk maka harus membayar lagi. Kata pak Andi lagi di ruangan bawah tanah tersebut terdapat seperti penjara-penjara yang dibangun oleh orang Jepang ketika Belanda secara resmi menyerahkan kekuasaan kepada Jepang. Dan setelah dibawah penguasaan Jepang dilakukan beberapa bagian renovasi, seperti pengurangan air di ruang bawah tanah dan penambahan jumbal penjara juga membuat tempat seperti meja tempat pemenggalan kepala orang Indonesia tersebut.                           Terdapat juga sebuah tempat yang katanya tempat perempuan-perempuan yang diperkosa, tempat pembantaian orang Indonesia oleh orang Jepang. Tempat disiksanya orang Indonesia, ada yang dihukum gantung, dipasung dan tempat wanita-wanita Indonesia yang diperkosa.
            Dan dibelakang bangunan Lawang Sewu dibuat tempat seperti lubang besar tempat pembuangan jenazah-jenazah yang telah dibunuh. Aku pun bergidik ngeri dan kami memutuskan pergi dari tangga yang menuju ruangan  bawah tanah tersebut.
Saya bersama Eggy memutuskan untuk pulang karena hari sudah mulai sore. Setelah mengucapkan terima kasih kepada pak Andi kami berjalan keluar meninggalkan Lawang Sewu. Rasanya begitu puas dan tertarik mengetahui sejarah salah satu bangunan tua di kota Semarang ini. Kami pulang dengan membawa ilmu, selain berjalan-jalan merefreshkan pikiran kami juga mendapat ilmu yang berharga dari jalan-jalan kali ini.
           Semoga kedepannya Lawang Sewu bisa lebih diminati orang banyak, yang masuk tidak hanya sekadar foto-foto saja atapun melakukan sesi pengambilan foto Prewedding tetapi juga mengetahui sejarah penting dari Lawang Sewu. Karena tempat bersejarah harusnya dapat kita maknai keberadaannya dan ikut serta untuk tetap menjaganya.

Terima kasih








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Skenario pembelajaran